Musim penghujan mulai memasuki sebagian besar kawasan Indonesia, hampir di semua daerah terjadi peningkatan curah hujan di setiap hari. Indonesia yang notabene nya merupakan wilayah tropis tak terlepas dari kondisi ini. Sebelum kita melangkah Lebih Jauh, Kita belajar dahulu bagaimana Hujan terbentuk?
Proses Terbentuknya Hujan
Terbentuknya hujan di muka bumi di pengaruhi oleh arus konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah proses pemindahan panas ole gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke daerah lainnya. Konveksi bebas dalam atmosfer turut memainkan peran penting dalam menentukan cuaca sehari-hari,sedangkan konveksi di lautan merupakan mekanisme pemindahan panas global yang penting.
Kedua konveksi di atas dapat digunakan untuk menjelaskan terjadiya awan hujan.Uap air yang berasal dari lautan bersama-sama dengan udara,terangkat ke atas akibat adanya gaya tekan hingga mencapai 12 km-18 km dan kemudin membentu awan.Gumpalan awan berdiameter 5 km mengandung kurang lebih 5 x 108 kg air.Ketika campura uap air dan udara terkondensasi,maka terbentuk hujan yang membebaskan sekitar 108 J energi ke atmosfer (sebanding dengan energi listrik yagn digunakan oleh 100.000 orang dalam sebulan).Udara kemudiantertekan ke bawah bersama-sama dengan air sehingga membentuk curah hujan yang cukup besar.Curah hujan akan melemah seiring dengan berkurangnya energi disuplai oleh campuran air dan udara yang naik ke atas.
Pengaruh Hujan Terhadap Longsor
Tanah yang menempel pada lereng gunung bisa dianalogkan seperti benda di bidang miring seperti dalam ilmu fisika. Benda di bidang miring itu akan stabil kalau tidak ada gangguan. Saat air hujan turun akan memicu longsor karena akan menambah berat dan menurunkan kohesi tanah di lereng sehingga tanah di lereng tidak stabil dan akan longsor atau bahkan bisa mengalir sebagai aliran lumpur. Kalau material banyak bongkah bongkah batu dan atau kayu kayu gelondongan maka menjadi aliran massa (debris) yang bisa berakibat sangat mengerikan. Terkadang diikuti suara ledakan akibat bongkah batu saling bertumbukan. Bila material ini masuk ke alur sungai dan membendung sungai bisa menimbulkan banjir bandang. Longsor dan banjir bandang merupakan aliran massa yang akan menerjang apa saja tanpa ampun. Faktor alam yang juga bisa memicu terjadinya longsor adalah getaran gempa.
Kalau kita amati ternyata tidak seluruh tanah di lereng gunung longsor tapi hanya sebagian saja. Ini berarti ada masalah pada lereng yg longsor tersebut. Sama saja saat terjadi gempa dan angin puting beliung tidak semua rumah roboh rata dengan tanah, hanya rumah rumah yang tidak mengikuti standar bangunan yang roboh. Bisa jadi lereng yg longsor ada masalah misalnya lereng sudah kritis karena ada penggundulan hutan sehingga tanah tidak terlindungi karena selama ini tanah bisa stabil karena diikat oleh akar pohon, atau lereng kritis karena ada penggalian di bagian bawah lereng sehingga sudut kemiringan lereng menjadi curam; atau karena ada penebangan hutan yang diikuti pembangunan banyak vila/hotel di bagian puncak yg memperberat lereng dll.
Walau begitu tanah di lereng tidak langsung longsor tapi umumnya akan dimulai tanda-tanda seperti ada longsor-longsor kecil, retakan-retakan di tanah dan di tembok/pagar, pohon yang tumbuh miring atau tiang listrik miring, muncul sumber-sumber air di lereng dll. Untuk menghindari jatuhnya korban maka harus dilihat dan diteliti kawasan yg yang sudah menunjukkan tanda tanda mau longsor, terutama mengamati arah material yang akan longsor misalnya apakah akan longsor ke arah permukiman, atau apakah akan masuk ke sungai dan akan berubah jadi banjir bandang, atau apa ke arah ladang kosong.
- Bidang Gelincir
Jadi air permukaan yang masuk ke dalam akan menganggu bidang gelincir tersebut apabila tidak di tahan oleh material diatasnya. Volume air yang masuk berlebihan inilah yang menyebabkan ketidak stabilan tanah. Umumnya bidang gelincir di setiap lereng tidak sama hal ini di pengaruhi antara lain ;
1. Derajat kemiringan Lereng
Semakin terjal lereng maka semakin besar resiko terjadinya longsor
2. Komposisi Batuan
Batuan yang menyusun lereng juga akan berpengaruh semakin lepas hubungan butirnya maka semakin mudah air hujan menganggu kestabilannya, dan semakin banyak mineral lempung yang terkandung dan bila terkena hujan dia mengembang akan semakin cepat juga mendorong terjadinya gerakan tanah
3. Struktur Geologi
Daerah/Lereng yang terbentuk akibat proses geologi (Struktur) akan menyebabkan bidang gelincir tidak stabil akibat zona lemah yang terbentuk.
4. Tumbuhan
Tumbuhan berfungsi sebagai penyerap air permukaan sehingga tidak masuk secara langsung ke dalam lapisan tanah dan menganggu bidang Gelincir.
5. Geometri Kelerengan
Luas dan besarnya lereng atau wilayah juga menjadi pembeda nilai bidang gelincir
6. Irigasi/ Aliran Permukaan
Irigasi yang tidak teratur menyebabkan air permukaan juga mencari celah untuk mengalir ke daerah yang lebih rendah.
Referensi :
- Widodo, Amien. 2012. Budayakan antisipasi bencana tanah longsor . IAGI
- Priyantari, N. dan C. Wahyono. 2005. Penentuan Bidang Gelincir Tanah Longsor Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi (Determination Of Slip Surface Based On Geoelectricity Properties).
- Taufik Ramlan Ramalis.2010.Analisis Bidang Gelincir Dalam Menentukan Potensi Dan Arah Longsoran Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner Di Desa Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bandung : LPPM Universitas Pendidikan Indonesia