Selasa, 03 September 2019

Potensi Defisit Vs Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Setiap orang berhak atas jaminan sosial kemanusiaan. Berdasar prinsip asuransi sosial dan ekuitas inilah maka dibentuklah BPJSK (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan), yang bertujuan yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup layak dan juga meningkatkan martabat kemanusiaan. 
Oleh karena hal tersebut, saat ini Presiden Jokowi sedang dihadapkan pada keputusan yang suklit, mau tetap berjalan seperti biasa tapi APBN defisit atau menaikan iuran kepesertaan BPJSK, pararel dengan pembenahan fraud dan ketidaksesuaian lainnya?
Potensi kenaikan iuran ini diklaim bisa membantu anggaran BPJSK hingga +/-Namun pada realisasinya, tidak selamanya BPJSK mampu menjalankan fungsi penjaminan kesehatan tersebut. Salah satu persoalan yang dialami oleh BPJSK ini adalah potensi defisit anggaran BPJSK yang terus dialami beberapa tahun terakhir ini. Hingga tahun 2019 diumumkan bahwa anggaran BPJSK ini berpotensi mengalami defisit mencapai 32,8T, angka tersebut jauh melebihi prediksi awal sebesar 28T.

Potensi defisit anggaran bisa berkurang cukup signifikan hingga 18,37T.
Ada dua (2) usulan solutif dengan skema sebagai berikut:
Skema I (Berdasarkan usulan DJSN)
Iuran kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) = Rp. 42.000,- (Semula Rp. 23.000,-)
Iuran kepesertaan bukan penerima upah:
a. Kelas I = Rp. 120.000,- (Semula Rp. 80.000,-)
b. Kelas II = Rp. 75.000,- (Semula Rp. 51.000,-)
c. Kelas III = Rp. 42.000,- (Semula Rp. 25.000,-)

Skema II (Berdasarkan usulan Kemenkeu)
Iuran kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) = Rp. 42.000,- (Semula Rp. 23.000,-)
Iuran kepesertaan bukan penerima upah:
a. Kelas I = Rp. 160.000,- (Semula Rp. 80.000,-)
b. Kelas II = Rp. 110.000,- (Semula Rp. 51.000,-)
c. Kelas III = Rp. 42.000,- (Semula Rp. 25.000,-)
Ditambah kenaikan iuran kepesertaan pekerja penerima upah penyelenggara negara, seperti: PNS, TNI, Polri, dan pejabat negara. Saat ini pemerintah hanya menanggung 3% dari penghasilan tetap, namun nantinya akan dinaikkan menjadi 4% dari take home pay (TKP).
Bila skema ini disetujui Presiden Jokowi, maka kenaikan iuran BPJSK yang bisa mencapai 2x lipat ini memang cukup solutif. BPJSK langsung mendapatkan dana segar dari pemerintah karena jumlah subsidi bertambah. 
Sebagai informasi, Peraturan Pemerintah (PP) 84/2015 tentang Pengelolaan Aset & Jaminan Sosial Kesehatan Pasal 37 ayat 5, ada tiga tindakan khusus pemerintah saat posisi keuangan BPJSK sedang negatif, yaitu: penyesuaian dana operasional, penyesuaian iuran, dan penyesuaian manfaat yang diberikan ke peserta.
Namun, tetap perlu dikaji kembali apakah nilai kenaikan iuran tersebut sudah efektif untuk menekan potensi defisit saat ini?
Perlu diperhatikan dan dikaji ulang dengan cermat, sehingga ditemukan formula yang betul - betul efektif yang dapat mengurangi beban BPJSK namun tidak memberatkan rakyat umum. Dan juga, perlunya pembenahan menyeluruh internal manajemen BPJSK,  untuk menjamin kesinambungan jaminan sosial kemanusiaan bagi kepentingan bersama.


Rabu, 24 Oktober 2018

Manusia melihat rupa, Tuhan melihat hati

Kebutuhan manusia selain dicintai adalah mendapatkan pengakuan. Manusia selalu berkembang dan berubah untuk diakui oleh orang lain. Walaupun mulut tidak mengakui bahwa ia ingin diakui, tetapi dalam hati paling dalam, manusia tersebut ingin agar upaya yang dilakukan dan hasil yang didapatkan, menjadi sesuatu yang dihargai orang lain.
Begitu juga kita, terkadang mencari pengakuan dari dunia dan manusia lain. Kerja keras kita, bahkan pelayanan kita ingin agar dilihat oleh manusia. Mempertunjukkan kepada dunia betapa kita sungguh bertalenta. Menyombongkan perjalanan pelayanan dan kesetiaan kita. Apakah pengakuan dunia yang kita cari itu cukup memuaskan kita?

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”
(1 Samuel 16: 7b)

Kita tidak akan mendapatkan kepuasan dari dunia. Pengakuan yang diberikan oleh manusia hanyalah sebatas apa yang mereka dapat lihat. Ketika kita tidak diakui oleh manusia, maka kekecewaanlah yang timbul dalam hati. Kecewa karena kerja keras kita tidak dihargai, kecewa karena kesetiaan kita tidak dapat membanggakan diri kita. Manusia tidak akan puas oleh manusia lain.
Tetapi bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah. Tuhan melihat hati kita.Untuk siapakah kita melakukan semuanya. Untuk menyenangkan manusia ataukah untuk menyenangkan hati Tuhan. Karena tidak ada yang lebih mengenal dan mengetahui hati kita selain Tuhan. Perbuatan besar atau kecil yang kita lakukan, ketika melakukan untuk Tuhan, Ia yang akan menilai dan akan memperhitungkannya.
Ketika kita merasa melakukan hal yang besar, tetap rendahkan hati di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan. Ketika kita merasa melakukan hal yang kecil dan tidak mendapatkan pengakuan dari dunia, jangan rendahkan diri, karena Tuhan yang melihat sekecil apapun perbuatan kita.
Jadi, tidak usah peduli dengan apa yang orang katakan tentang kita (selama yang kita lakukan adalah hal2 baik), maka tetap percaya diri saja. ingat, kita bukan hidup dari apa kata orang (manusia) tapi dari apa kata (Firman) Tuhan. Amin! :)

Selasa, 23 Oktober 2018

Faith Without Works is Dead

Christians are to be a reflection of Jesus and His love. Christian Faith and works of love are measures of ones love and commitment to Christ.
It is our works, actions, and lifestyle that reveal our faith in Jesus. Good works will not earn eternity in Heaven, Jesus did that on the cross.
The meaning of the New Testament faith and works is to have faith in Christ and to do good acts of love as directed by the New Testament writers.
The Christian life should consist of both, faith, and Works. Works of love reveal the presence of the Holy Spirit in one's life.

Minggu, 23 Maret 2014

Soil Properties & Behavior

Soil is composed of solid particles with different sizes and shapes that form a skeleton and the voids are filled with water and air. The soil is saturated if all the voids are filled with water. Otherwise, the soil is partially saturated. If all the voids are filled with air, the soil is said to be dry. It is a common practice in soil mechanics to assume that the solid particles do not deform and the water phase is incompressible. Hence, external loading is supported by the skeleton and the water. The “effective stress” is the average stress on a plane through the soil mass, rather than the contact stress between the solid particles. The stress on the water and the air is called “pore pressure".

Different characteristics of soil behavior are:
  1. Shear strength and deformation characteristics:

The energy applied to a soil 
through external loads may both overcome the frictional resistance between the 
soil particles and also to expand the soil against the confining pressure. The soil 
grains are highly irregular in shape and have to be lifted over one another for 
sliding to occur.

     2.  Plasticity
An increase in applied stress usually brings about some irrecoverable deformation, without any signs of cracking or disruption. Most soils only have a very small elastic region and show plasticity from the onset of loading.

     3.  Strain-hardening/softening
After an initial extension, the soil behaves as if it had acquired better elastic properties and a higher elastic limit, while at the same time it had lost a great part of the plastic strain After an initial extension, the soil behaves as if it had acquired better elastic properties and a higher elastic limit, while at the same time it had lost a great part of the plastic strain.


Minggu, 23 Februari 2014

~Kombinasi Pembebanan Dalam Struktur Gedung Bertingkat~


Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, beban - beban tersebut adalah :

a.  Beban Mati (qd)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
- Bahan Bangunan :
1. Beton Bertulang ....................................................................... 2400 kg/m3
2. Pasir basah ........ ...................................................................... 1800 kg/m3
 kering .......................................................................................... 1000 kg/m3
3. Beton biasa............................................................................... 2200 kg/m3

- Komponen Gedung :
1. Dinding pasangan batu merah setengah bata ............................. 250 kg/m3
2. Langit – langit dan dinding (termasuk rusuk – rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari :
- semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4 mm ............... 11 kg/m2
- kaca dengan tebal 3 – 4 mm.................................................... 10 kg/m2
3. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ............................. . 50 kg/m2
4. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) 
per cm tebal .............................................................................. 24 kg/m2
5. Adukan semen per cm tebal ...................................................... 21 kg/m2

b. Beban Hidup (qL)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (PPIUG 1983).

c. Beban Angin (W)
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m2). Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.
.

Created by: 
Anita Theresia Tanu Widjaya




Minggu, 07 April 2013

~Intensitas Hujan Tinggi >> Bencana Longsor Menghadang~



Musim penghujan mulai memasuki sebagian besar kawasan Indonesia, hampir di semua daerah terjadi peningkatan curah hujan di setiap hari. Indonesia yang notabene nya merupakan wilayah tropis tak terlepas dari kondisi ini.  Sebelum kita melangkah Lebih Jauh, Kita belajar dahulu bagaimana Hujan terbentuk?

Proses Terbentuknya Hujan
Terbentuknya hujan di muka bumi di pengaruhi oleh arus konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah proses pemindahan panas ole gerak massa suatu fluida dari suatu daerah ke daerah lainnya. Konveksi bebas dalam atmosfer turut memainkan peran penting  dalam menentukan  cuaca sehari-hari,sedangkan konveksi di lautan merupakan mekanisme pemindahan panas global yang penting.

Kedua konveksi di atas dapat digunakan untuk menjelaskan terjadiya awan hujan.Uap air yang berasal dari lautan bersama-sama dengan udara,terangkat ke  atas akibat adanya gaya tekan hingga mencapai 12 km-18 km dan kemudin membentu awan.Gumpalan awan berdiameter 5 km  mengandung kurang lebih 5 x 108 kg air.Ketika campura uap air dan udara terkondensasi,maka terbentuk hujan yang membebaskan sekitar 108 J energi ke atmosfer (sebanding dengan energi listrik yagn digunakan oleh 100.000 orang dalam sebulan).Udara kemudiantertekan ke bawah bersama-sama dengan air sehingga membentuk curah hujan yang cukup besar.Curah hujan akan melemah seiring dengan berkurangnya energi disuplai oleh campuran air dan udara yang naik ke atas.


Pengaruh Hujan Terhadap Longsor
Tanah yang menempel pada lereng gunung bisa dianalogkan seperti benda di bidang miring seperti dalam ilmu fisika. Benda di bidang miring itu akan stabil kalau  tidak ada gangguan. Saat air hujan turun akan memicu longsor karena akan menambah berat dan menurunkan kohesi tanah di  lereng sehingga tanah di lereng tidak stabil dan akan longsor atau bahkan bisa mengalir sebagai aliran lumpur. Kalau material banyak bongkah bongkah batu dan atau kayu kayu gelondongan maka menjadi aliran massa (debris) yang bisa berakibat sangat mengerikan. Terkadang diikuti suara ledakan akibat bongkah batu saling bertumbukan. Bila material ini masuk ke alur sungai dan membendung sungai bisa menimbulkan banjir bandang. Longsor dan banjir bandang merupakan aliran massa yang akan menerjang apa saja tanpa ampun. Faktor alam yang juga bisa memicu terjadinya longsor adalah getaran gempa.

Kalau kita amati ternyata tidak seluruh tanah di lereng gunung longsor tapi hanya sebagian saja. Ini berarti ada masalah pada lereng yg longsor tersebut. Sama saja saat terjadi gempa dan angin puting beliung tidak semua rumah roboh rata dengan tanah, hanya rumah rumah yang tidak mengikuti standar bangunan yang roboh. Bisa jadi lereng yg longsor ada masalah misalnya lereng sudah kritis karena ada penggundulan hutan sehingga tanah tidak terlindungi karena selama ini tanah bisa stabil karena diikat oleh akar pohon, atau lereng kritis karena ada penggalian di bagian bawah lereng sehingga sudut kemiringan lereng menjadi curam; atau karena ada penebangan hutan yang diikuti pembangunan banyak vila/hotel di bagian puncak yg memperberat lereng dll.

Walau begitu tanah di lereng tidak langsung longsor tapi umumnya akan dimulai tanda-tanda seperti ada longsor-longsor kecil, retakan-retakan di tanah dan di tembok/pagar, pohon yang tumbuh miring atau tiang listrik miring, muncul sumber-sumber air di lereng dll. Untuk menghindari jatuhnya korban maka harus dilihat dan diteliti kawasan yg yang sudah menunjukkan tanda tanda mau longsor, terutama mengamati arah material yang akan longsor misalnya apakah  akan longsor  ke arah permukiman, atau apakah akan masuk ke sungai dan akan berubah jadi banjir bandang, atau apa ke arah ladang kosong.


- Bidang Gelincir

Biasanya tanah yang longsor bergerak pada suatu bidang tertentu. Bidang ini disebut bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Bentuk bidang gelincir ini sering mendekati busur lingkaran, dalam hal ini tanah longsor tersebut disebut rotational slide yang bersifat berputar. Ada juga tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir lurus dan sejajar dengan muka tanah, dalam hal ini tanah longsor disebut translational slide. Tanah longsor semacam ini biasanya terjadi bilamana terdapat lapisan agak keras yang sejajar dengan permukaan lereng. Pada Gambar dibawah, diperlihatkan contoh dari kedua macam longsoran. (Wesley dalam Priyantari dan Wahyono 2005)


Jadi air permukaan yang masuk ke dalam akan menganggu bidang gelincir tersebut apabila tidak di tahan oleh material diatasnya. Volume air yang masuk berlebihan inilah yang menyebabkan ketidak stabilan tanah. Umumnya bidang gelincir di setiap lereng tidak sama hal ini di pengaruhi antara lain ;
1. Derajat kemiringan Lereng
Semakin terjal lereng maka semakin besar resiko terjadinya longsor
2. Komposisi Batuan
Batuan yang menyusun lereng juga akan berpengaruh semakin lepas hubungan butirnya maka semakin mudah air hujan menganggu kestabilannya, dan semakin banyak mineral lempung yang terkandung dan bila terkena hujan dia mengembang akan semakin cepat juga mendorong terjadinya gerakan tanah
3. Struktur Geologi
Daerah/Lereng yang terbentuk akibat proses geologi (Struktur) akan menyebabkan bidang gelincir tidak stabil akibat zona lemah yang terbentuk.
4. Tumbuhan
Tumbuhan berfungsi sebagai penyerap air permukaan sehingga tidak masuk secara langsung ke dalam lapisan tanah dan menganggu bidang Gelincir.
5. Geometri Kelerengan
Luas dan besarnya lereng atau wilayah juga menjadi pembeda nilai bidang gelincir
6. Irigasi/ Aliran Permukaan
Irigasi yang tidak teratur menyebabkan air permukaan juga mencari celah untuk mengalir ke daerah yang lebih rendah.

Referensi :
- Widodo, Amien. 2012. Budayakan antisipasi bencana tanah longsor . IAGI
- Priyantari, N. dan C. Wahyono. 2005. Penentuan Bidang Gelincir Tanah Longsor Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi    (Determination Of Slip Surface Based On Geoelectricity Properties).
- Taufik Ramlan Ramalis.2010.Analisis Bidang Gelincir Dalam Menentukan Potensi Dan Arah Longsoran Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner Di Desa Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bandung : LPPM Universitas Pendidikan Indonesia



~Give Thanks~

”Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14).”

“Aku bersyukur” ==> Merupakan ungkapan dari hati yang tulus oleh Daud. Betapa dahsyat dan luar biasa penyertaan Tuhan yang dia rasakan dalam kehidupannya. Adakah rasa syukur juga menjadi bagian kita?
Bersyukur merupakan tanda ungkapan terima kasih kita kepada Tuhan untuk apa yang kita alami dan rasakan. Pernahkah kita berpikir bahwa kita seharusnya bersyukur untuk keadaan kita sekarang, karena masih banyak orang yang ‘merasakan’ kondisi dan situasi yang lebih berat dari kita.
“Kejadianku dahsyat dan ajaib” ==> Merupakan ungkapan syukur karena kita sadar akan keberadaan kita yang penuh dengan pertolongan Tuhan. Sadarkah kita bahwa kehidupan kita terjadi karena kedahsyatan dan keajaiban Tuhan? (Otak, nafas kehidupan, gerak otot, lidah, dsb.)
Bersyukur adalah buah dari iman kita kepada Kristus. Bagaimana kita bisa bersyukur kalau kita tidak mengenal dan memiliki harapan serta kepercayaan kepada Kristus?
Bersyukur berarti kita mengakui keberadaan kita yang sebenarnya, bersyukur juga berarti kita tahu bahwa Tuhan layak dipercaya sehingga kita menaikkan ungkapan terima kasih kita kepadaNya.
So, Yuu sama-sama kita belajar lebih lagi untuk "Bersyukur" dalam segala hal,
God bless you all^^